0
Home  ›  Premium

Pengelolaan Isu Framing Tulisan



Pengelolaan Isu Framing Tulisan


Latar Belakang

Framing adalah teknik dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyajikan informasi dengan cara tertentu sehingga membentuk persepsi audiens. 

Teknik ini sering digunakan dalam jurnalistik, media, dan komunikasi strategis untuk mempengaruhi cara audiens memahami dan merespons suatu isu. 

Dalam dunia yang penuh dengan informasi dan berita, kemampuan untuk mengelola framing sangat penting untuk memastikan pesan yang disampaikan tepat sasaran dan berdampak positif.

Konsep Dasar dan Teori Framing dalam Komunikasi

1. Pengertian Framing

Framing adalah teknik komunikasi yang melibatkan pemilihan dan penekanan aspek tertentu dari realitas untuk membentuk cara orang memahami dan merespons informasi.

Dilakukan dengan menyoroti informasi tertentu, menggunakan bahasa yang spesifik, dan memilih narasi yang akan mempengaruhi interpretasi audiens.


2. Teori Framing

Pertama kali diperkenalkan oleh Erving Goffman dalam bukunya "Frame Analysis: An Essay on the Organization of Experience" (1974). 

Goffman mengemukakan bahwa orang menafsirkan pengalaman mereka melalui "frame" atau bingkai, yang merupakan struktur kognitif yang membantu mereka mengatur dan memahami informasi yang kompleks.


3. Elemen Dasar Framing

Framing adalah alat yang kuat dalam komunikasi karena melibatkan proses seleksi, penonjolan, dan interpretasi elemen-elemen tertentu dari informasi untuk mempengaruhi persepsi dan reaksi audiens. 

Selection (Pemilihan, Salience (Penonjolan), dan Spin (Interpretasi atau Putaran):


Selection: Memilih aspek tertentu dari realitas untuk ditekankan.

Selection adalah proses memilih elemen tertentu dari sebuah peristiwa atau isu untuk disorot dan disampaikan kepada audiens. Ini melibatkan keputusan tentang apa yang akan disertakan atau diabaikan dalam pesan yang disampaikan.

Contoh: Isu: Peluncuran program pendidikan baru oleh pemerintah.

Selection Pro: Pemerintah memilih untuk menyoroti keberhasilan program tersebut di daerah pedesaan, di mana tingkat partisipasi siswa meningkat drastis.

Selection Kontra: Media oposisi memilih untuk menyoroti masalah kekurangan guru yang terlatih dan fasilitas yang kurang memadai di daerah tertentu.


Salience: Membuat elemen-elemen tertentu lebih menonjol dan penting bagi audiens.

Salience adalah proses membuat elemen-elemen tertentu menjadi lebih menonjol, penting, atau mudah diingat oleh audiens. Ini dilakukan dengan memberikan perhatian khusus pada aspek-aspek tertentu dari isu tersebut melalui berbagai teknik komunikasi, seperti penggunaan gambar, statistik, atau kutipan.

Contoh: Isu: Kampanye anti-rokok.

Salience Pro: Kampanye ini menggunakan gambar-gambar yang kuat tentang dampak merokok pada kesehatan, seperti paru-paru yang rusak dan statistik tentang kematian akibat rokok, untuk menonjolkan bahaya merokok.

Salience Kontra: Perusahaan tembakau mungkin menonjolkan kontribusi ekonomi industri tembakau terhadap pendapatan negara dan pekerjaan yang diciptakan, mengabaikan aspek kesehatan.


Spin: Memberikan interpretasi atau sudut pandang tertentu pada informasi.

Spin adalah proses memberikan interpretasi atau sudut pandang tertentu terhadap elemen-elemen yang dipilih dan ditonjolkan, dengan tujuan mempengaruhi cara audiens memahami dan menilai isu tersebut. Spin melibatkan pengemasan informasi dengan cara tertentu untuk membentuk persepsi yang diinginkan.

Contoh: Isu: Kebijakan kenaikan pajak.

Spin Pro: Pemerintah mungkin memberikan spin positif dengan menyatakan bahwa kenaikan pajak diperlukan untuk meningkatkan layanan publik dan infrastruktur yang lebih baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup warga.

Spin Kontra: Partai oposisi mungkin memberikan spin negatif dengan menyatakan bahwa kenaikan pajak akan membebani masyarakat dan mengurangi daya beli, serta memperburuk kondisi ekonomi.

4. Proses Framing

Constructing the Frame (Membangun Bingkai)

Proses: Constructing the frame adalah tahap di mana komunikator memilih dan mengorganisir elemen-elemen informasi yang akan disampaikan. Ini termasuk pemilihan sudut pandang, fokus utama, bahasa, dan simbol yang akan digunakan untuk membingkai pesan.

Contoh: Dalam kampanye kesehatan masyarakat untuk mendorong vaksinasi COVID-19, pemerintah dapat memilih untuk membingkai pesan mereka dengan menekankan manfaat kesehatan jangka panjang dan perlindungan bagi keluarga dan komunitas.

Communicating the Frame (Menyampaikan Bingkai)

Proses: Pada tahap ini, bingkai yang telah dibangun disampaikan kepada audiens melalui berbagai saluran komunikasi, seperti media massa, media sosial, iklan, dan kampanye publik. Penyampaian ini harus konsisten dan terkoordinasi untuk memastikan pesan yang diinginkan diterima oleh audiens dengan jelas.

Contoh: Pemerintah meluncurkan kampanye media untuk mendorong vaksinasi COVID-19 dengan menggunakan iklan TV, poster, media sosial, dan konferensi pers. Semua materi kampanye menampilkan pesan yang sama tentang manfaat vaksinasi untuk kesehatan dan keselamatan keluarga dan komunitas.


Interpreting the Frame (Menafsirkan Bingkai)

Proses: Pada tahap ini, audiens menerima dan menafsirkan pesan yang disampaikan berdasarkan bingkai yang telah dibuat. Pemahaman audiens tentang isu tersebut akan dipengaruhi oleh bagaimana informasi tersebut dibingkai. Interpretasi ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang, nilai, dan pengalaman pribadi audiens.


Contoh: Setelah melihat kampanye vaksinasi COVID-19 yang menekankan perlindungan bagi keluarga, banyak orang tua mulai melihat vaksinasi sebagai tindakan penting untuk melindungi anak-anak mereka. Mereka berbagi informasi ini dengan teman dan keluarga, memperkuat pesan positif yang telah disampaikan.


5. Model Framing


Ada beberapa model framing yang sering digunakan dalam komunikasi:


Framing Tematik vs. Episodik:


Framing Tematik: Menghubungkan isu dengan tema yang lebih luas atau konteks yang lebih besar. Misalnya, menyajikan perubahan iklim dalam konteks tren global. 

Contohnya: Menulis  tentang pemanasan global dalam konteks tren perubahan iklim secara global.

Framing Episodik: Menyajikan isu sebagai peristiwa individu atau kasus tertentu. 

Contohnya: Menceritakan kisah pribadi seorang petani yang kehilangan mata pencaharian akibat kekeringan.

Framing Konflik vs. Konsensus:

Framing Konflik: menekankan perbedaan, pertentangan, dan konfrontasi antara berbagai pihak atau ideologi. Teknik ini sering digunakan untuk menarik perhatian audiens dengan menonjolkan dinamika pertentangan.

Contohnya: Pertarungan Sengit di Parlemen: Pro dan Kontra Kebijakan Rancangan Undang-undang (RUU) Penyiaran

Framing Konsensus: Menekankan persetujuan dan kesepakatan di antara pihak-pihak yang terlibat.

Contohnya: DPR dan pemerintah menyetujui kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). 


6. Penggunaan Bahasa dalam Framing


Diction: Pemilihan kata yang tepat untuk mempengaruhi persepsi. Misalnya, kata "reformasi" vs. "perubahan radikal".


Metafora: Menggunakan metafora untuk menyederhanakan konsep yang kompleks. Misalnya, "perang melawan narkoba" untuk menggambarkan upaya penanggulangan narkotika.


Labeling: Memberikan label pada individu atau kelompok untuk menciptakan persepsi tertentu. Misalnya, "pejuang kebebasan" vs. "teroris".


7. Visual Framing


Imagery: Penggunaan gambar yang mendukung pesan dan narasi tertentu. Gambar yang dipilih dapat mempengaruhi emosi dan persepsi audiens.


Symbolism: Penggunaan simbol untuk mewakili ide atau konsep tertentu. Misalnya, gambar jembatan untuk melambangkan koneksi dan persatuan.


8. Dampak Framing


Perception: Framing dapat mengubah cara audiens memahami dan merespons isu.


Attitude: Dapat mempengaruhi sikap dan pendapat audiens terhadap isu tertentu.


Behavior: Pada tingkat yang lebih lanjut, framing dapat mempengaruhi tindakan atau perilaku audiens.


9. Studi Kasus Framing


Contoh 1: Framing media tentang imigrasi, di mana satu outlet mungkin menyoroti aspek ekonomi positif (tenaga kerja murah) sementara outlet lain menyoroti aspek negatif (kriminalitas).


Contoh 2: Framing kampanye politik, di mana kandidat mungkin diframing sebagai “penyelamat ekonomi” atau “pengancam stabilitas”.



Framing adalah alat yang sangat kuat dalam komunikasi yang dapat mempengaruhi cara audiens memahami dan bereaksi terhadap informasi. Memahami konsep dasar dan teori framing membantu dalam mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif dan berdampak. (*)


Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS